Sejarah keranda jenazah merupakan salah satu perlengkapan penting dalam prosesi pemulasaraan jenazah yang telah digunakan sejak zaman dahulu. Lebih dari sekadar alat pengangkut, keranda jenazah menyimpan nilai-nilai historis, budaya, dan spiritual yang mencerminkan penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal dunia.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang sejarah keranda jenazah, maknanya dalam konteks budaya dan agama, serta peran pentingnya dalam proses pemakaman.
Sejarah Keranda Jenazah
Sejarah penggunaan keranda jenazah dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu. Dalam peradaban Mesir Kuno, dikenal adanya sarkofagus, yakni peti mati batu besar yang menjadi simbol kekuasaan dan status sosial. Sementara di Asia, masyarakat Tiongkok dan Jepang telah lama menggunakan usungan kayu khusus untuk mengangkut jenazah dari rumah duka menuju tempat peristirahatan terakhir.
Di Nusantara, tradisi pemulasaraan jenazah sangat dipengaruhi oleh budaya lokal dan ajaran agama. Dalam masyarakat Jawa, Sunda, dan Melayu, keranda telah menjadi bagian dari tradisi pemakaman yang sakral. Keranda tradisional biasanya dibuat dari kayu dan ditutupi dengan kain kafan atau kain batik sebagai simbol kesucian dan penghormatan.
Makna Keranda dalam Perspektif Budaya dan Agama
Dalam Islam, keranda jenazah memiliki peranan penting. Jenazah yang telah dimandikan dan dikafani akan dibaringkan di atas keranda untuk dishalatkan dan kemudian diantar ke pemakaman. Keranda menjadi simbol penghormatan terakhir terhadap jenazah dan alat bantu agar prosesi pemakaman berlangsung dengan tertib dan sesuai syariat.
Dalam budaya Kristen, Hindu, dan Buddha pun, keranda atau usungan jenazah digunakan sebagai bagian dari prosesi perpisahan terakhir. Fungsinya tetap sama: sebagai wadah pengangkutan jenazah yang dihormati dan dijaga kesuciannya.
Perkembangan Desain dan Material Keranda
Dulu, keranda jenazah dibuat secara manual dari kayu jati, bambu, atau bahan lokal lainnya. Proses pembuatannya pun sakral dan penuh makna spiritual. Namun, seiring perkembangan zaman dan kebutuhan praktis, kini keranda jenazah banyak diproduksi dari bahan modern seperti Keranda stainless steel dan aluminium.
Keranda stainless steel menjadi pilihan populer karena tahan karat, mudah dibersihkan, dan kuat menopang beban. Model keranda modern juga telah dilengkapi dengan roda, pegangan ergonomis, dan bahkan bantalan jenazah untuk memastikan keamanan dan kenyamanan selama proses pengantaran.
Simbol Kehormatan dan Nilai Kemanusiaan
Lebih dari sekadar alat, keranda jenazah adalah simbol penghormatan terakhir bagi seseorang yang telah wafat. Penggunaan keranda menandakan bahwa jenazah diperlakukan dengan hormat, tidak diletakkan sembarangan, dan dijaga kebersihannya.
Dalam prosesi pemakaman, adanya keranda menunjukkan kesungguhan keluarga dan masyarakat dalam mengantar kepergian almarhum dengan sebaik-baiknya. Ini juga mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, kepedulian, dan penghargaan terhadap kehidupan.
Ingin keranda jenazah berkualitas dari stainless steel untuk rumah sakit, masjid, atau kebutuhan sosial? InovaKit menyediakan berbagai jenis keranda jenazah profesional dan higienis untuk kebutuhan pemulasaraan Anda.
Keranda dalam Perspektif Sosial dan Budaya
Di beberapa daerah di Indonesia, keranda jenazah memiliki bentuk dan ornamen khas yang merepresentasikan identitas budaya setempat. Misalnya:
- Keranda adat Bugis dihiasi dengan ukiran dan warna mencolok.
- Keranda adat Batak menggunakan tutup berbentuk rumah adat sebagai simbol kepulangan roh ke kampung leluhur.
- Di Jawa, keranda sering dibalut kain putih atau batik sebagai simbol kesucian dan keikhlasan.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa keranda bukan hanya alat, tetapi juga medium ekspresi budaya dan spiritual masyarakat.
Keranda Jenazah di Era Modern
Dengan meningkatnya kesadaran akan higienitas dan profesionalisme dalam layanan pemulasaraan, banyak rumah sakit, masjid, dan lembaga sosial kini menggunakan keranda modern berbahan stainless steel. Selain lebih awet, keranda modern juga lebih mudah dirawat dan sesuai standar medis.
Penggunaan keranda jenazah lipat juga semakin umum, terutama untuk kegiatan ambulance atau jenazah dalam kondisi darurat. Fleksibilitas, portabilitas, dan kemudahan penyimpanan menjadi nilai tambah dari inovasi ini.
Peran Keranda dalam Edukasi dan Dakwah
Keranda jenazah juga berperan dalam kegiatan edukasi keagamaan, seperti dalam khutbah Jumat atau kajian fiqih jenazah. Banyak ustadz dan dai menggunakan keranda sebagai media dakwah untuk mengingatkan umat akan kematian dan pentingnya amal saleh selama hidup.
Dalam momen tersebut, keranda menjadi simbol nyata dari kefanaan dunia dan panggilan untuk hidup lebih bermakna. Hal ini memperkuat posisi keranda sebagai bagian integral dari kehidupan spiritual umat.
Penutup
Fungsi keranda jenazah bukanlah sekadar alat bantu dalam pemulasaraan, tetapi simbol penghormatan, nilai-nilai kemanusiaan, dan spiritualitas. Dari zaman tradisional hingga era modern, keranda terus berkembang dalam bentuk dan fungsinya, namun makna utamanya tetap: menghormati kehidupan dan mengantarkan kepergian dengan penuh kemuliaan.
Memahami sejarah dan nilai keranda jenazah adalah bagian dari pelestarian budaya sekaligus peningkatan kesadaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan institusi untuk menggunakan keranda dengan penuh tanggung jawab dan penghormatan.